Minggu, 04 Desember 2011

MANAJEMEN KESISWAAN

MANAJEMEN KESISWAAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Manajemen Kesiswaan (peserta didik)termasuk salah satu substansi manajemen pendidikan. Manajemen Kesiswaan (peserta didik)menduduki posisi strategis, karena sentral layanan pendidikan, baik dalam latar institusi persekolahan maupun yang berada di luar latar institusi persekolahan, tertuju kepada peserta didik. Semua kegiatan pendidikan, baik yang berkenaan dengan manajemen akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana prasarana dan hubungan sekolah dengan masyarakat, senantiasa diupayakan agar Kesiswaan (peserta didik)mendapatkan layanan pendidikan yang andal. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka manajemen Kesiswaan (peserta didik)(kesiswaan) perlu dibekalkan kepala kepala sekolah atau calon kepala sekolah melalui pendidikan dan pelatihan.
Manajemen Kesiswaan (peserta didik)adalah suatu pengaturan terhadap Kesiswaan (peserta didik)di sekolah, sejak Kesiswaan (peserta didik)masuk sampai dengan Kesiswaan (peserta didik)lulus, bahkan menjadi alumni. Bidang kajian manajemen peserta didik, sebenarnya meliputi pengaturan aktivitas-aktivitas Kesiswaan (peserta didik)sejak yang bersangkutan masuk ke sekolah hingga yang bersangkutan lulus, baik yang berkenaan dengan Kesiswaan (peserta didik)secara langsung, maupun yang berkenaan dengan Kesiswaan (peserta didik)secara tidak langsung: kepada tenaga kependidikan, sumber-sumber pendidikan, prasarana dan sarananya. Karena itu, kegiatan manajemen Kesiswaan (peserta didik)meliputi hal-hal sebagai berikut.
Perencanaan peserta didik, termasuk di dalamnya adalah: school census, school size, class size dan efektive class. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan: kebijaksanaan penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik, kriteria penerimaan peserta didik, prosedur penerimaan peserta didik, pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik. Orientasi Kesiswaan (peserta didik)baru, meliputi pengaturan: hari-hari pertama Kesiswaan (peserta didik)di sekolah, pekan orientasi peserta didik, pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta didik, dan teknik-teknik orientasi peserta didik. Mengatur kehadiran, ketidak-hadiran Kesiswaan (peserta didik)di sekolah. Termasuk di dalamnya adalah: Kesiswaan (peserta didik)yang membolos, terlambat datang dan meninggalkan sekolah sebelum waktunya. Mengatur pengelompokan Kesiswaan (peserta didik)baik yang berdasar fungsi persamaan maupun yang berdasarkan fungsi perbedaan. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan maupun untuk kepentingan promosi pserta didik. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik. Mengatur Kesiswaan (peserta didik)yang mutasi dan drop out. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik. Mengatur layanan Kesiswaan (peserta didik)yang meliputi: Layanan kepenasehatan akademik dan administratif, Layanan bimbingan dan konseling peserta didik, mengatur organisasi Kesiswaan (peserta didik)yang meliputi: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan organisasi Alumni.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah manajemen kesiswaan itu ?
2.      Apa tujuan, fungsi, peran, serta ruang lingkup manajemen kesiswaan ?
3.      Manajemen apa saja yang menunjang/ mendukung manajemen kesiswaan ?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui manajemen kesiswaan
2.      Untuk mengetahui tujuan, fungsi, peran, serta ruang lingkup manajemen kesiswaan
3.      Untuk mengetahui layanan khusus yang menunjang terhadap manajemen kesiswaan

D.    SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
E.     LATAR BELAKANG MASALAH
F.      RUMUSAN MASALAH
G.    TUJUAN
H.    SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN KESISWAAN
A.    Pengertian Manajemen Kesiswaan
B.     Tujuan dan Fungsi Manajemen Kesiswaan
C.     Peran Manajemen Kesiswaan
D.    Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan
E.       Faktor Pendukung/ Layanan Manajemen Kesiswaan
F.      Prinsif- Prinsif manajemen kesiswaan
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN KESISWAAN

A.    PENGERTIAN MANAJEMEN KESISWAAN
Manajemen Kesiswaan (peserta didik)menduduki tempat yang sangat penting. Dikatakan demikian oleh karena sentral layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan hubungan sekolah dengan masyarakat maupun layanan kusus pendidikan, diarahkan agar Kesiswaan (peserta didik)mendapatkan pelayanan yang baik.
Menurut Knzevich manajemen Kesiswaan (peserta didik)(pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian diluar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseleruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang sekolah.
Jadi manajemen Kesiswaan (peserta didik)dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap Kesiswaan (peserta didik)mulai dari Kesiswaan (peserta didik)tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diataur secara langsung adalah segi-segi yan berkenaan dengan Kesiswaan (peserta didik)secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan Kesiswaan (peserta didik)secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain Kesiswaan (peserta didik)dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik. 
Tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di sekola berjalan lancar, tertib, teratur dan tercapapai apa yang menjadi tujuan pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan meliputi perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kenaikan kelas, penjurusan, dan perpindahan siswa intra sekolah.
Kegiatan perencanaan kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu mencatat usia anak-anak. Usia umur sekolah di pakai sebagai dasar untuk membagi-bagikan daerah penyebaran bagi pendirian suatu sekolah. Seluruh kegiatan sensus sekolah dapat difungsikan untuk berbagai hal yaitu:
1.      Menetapkan perlunya perencanaan jumlah dan lokasi sekolah.
2.      Menetapkan beberapa batas daerah penerimaan siswa di suatu sekolah.
3.      Mempersiapkan fasilitas pengangkutan.
4.      Memproyeksikan layanan program pendidikan bagi sekolah yang memerlukan.
5.      Menata kewajiban belajar dan undang-undang tenaga kerja bagi anak-anak.
6.      Mempersiapkan fasilitas penidikan khusus.
7.      Menganalisa tingkat dan laju pertumbuhan umur usia sekolah pada suatu daerah tertentu.
8.      Membuat rayonisasi bagi anak yang akan masuk atau dari sekolah kesekolah lain.
9.      Merekam informasi mengenai jumlah dan pertumbuhan sekolah swasta.
10.  merekam dari berbagai sumber mengenai sumbangan masyarakat terhadap kemajuan sekolah. 
Dalam kegiatan penerimaan siswa baru bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas tempat duduk yang tersedia di sekolah. Kegiatan kesiswaan selanjutnya yang perlu dilaksanakan ialah pengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan. 
Ada beberapa jenis pengelompokan siswa, diantaranya yang dilaksanakan ialah:
a.       Pengelompokan dalam kelas-kelas.
b.      Pengelompokan dalam bidang studi.
c.       Pengelompokan berdasarkan spesialisasi.
d.      Pengelompokan dalam sistim kredit.
e.       Pengelompokan berdasarkan kemampuan.
f.       Pengelompokan berdasarkan minat.
Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara pereiodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Jadi tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping ketrampilan-ketrampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku laporan keadaan siswa, buku presensi siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan 

B.     TUJUAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN
Menurut Arifin Abdurrahman dalam bukunya IG Mursanto manajemen pendidikan memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan iklim yang kondusif di lingkungan kerja atau pendidikan yang mengarahkan sumber-sumber pendidikan tanpa merasa kaku sehingga tidak terkesan dipaksakan serta fleksibel dan setia dengan target yang ditetapkan.
Dalam manajemen kesiswaan diharapkan dapat meningkatkan peran serta inisiatif siswa untuk menjaga dan membina Madrasah sebagai wiyata mandala sehingga terhindar dari usaha pengaruh yang bertentangan dengan kebudayaan nasional, dan juga tugas Madrasah dalam manajemen kesiswaan bukan hanya sekedar memberi pengetahuan dan keterampilan, tetapi Madrasah harus mendidik anak didik menjadi manusia seutuhnya.
a.       Fungsi Fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan atau manajer dalam organisasi apapun, termasuk lembaga pendidikan mengenai fungsi-fungsi manajemen sendiri ada persamaan dan perbedaan pendapat namun sebetulnya pendapatpendapat saling melengkapi:
Dan secara praktisnya fungsi manajemen tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
1.      Fungsi perencanaan (Planning)
a.       Fungsi pelaksanaan
b.      Organizing
c.       Directing
d.      Coordinating
e.       Reporting
2.      Fungsi pengendalian (controlling)
3.      Fungsi pengembangan (development)
b.      Fungsi pengembangan Program-program pendidikan pelatihan dan pengembangan
adalah merupakan respon terhadap suatu kebutuhan, yang tidak sekedar sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah semata-mata, bila mana suatu masalah dapat diidentifikasi maka langkah berikutnya adalah mengembangkan alternative pemecahan suatu pekerjaan akandapat dilakukan lebih cepat dan lebih baik kerusakan dapat diperkecil, pemborosan dapat ditekan, peralatan dapat digunakan secara lebih baik dalam suatu organisasi itu dilaksanakan suatu pengembangan.
\
C.    PERAN MANAJEMEN KESISWAAN
Ada tugas – tugas / peran yang cukup berat terkait mengelola kesiswaan, diantaranya adalah :
1.      Penerimaan siswa baru
2.      Kegiatan ekstrakurikuler
3.      Disiplin siswa
4.      Kesiapan belajar
5.      Sistem pelaporan perkembangan siswa

D.    RUANG LINGKUP MANAJEMEN KESISWAAN
Ruang lingkup manajemen kesiswaan meliputi :
1.      Analisis kebutuhan
Langkah pertama dalam kegiatan manajemen kesiswaan adalah melakukan analisia kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembeaga pendidikan, kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a.       Merencanakan jumlah peserta didik yang diterima
b.      Menyusun program kesiswaan
2.      Rekruitmen peserta didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
Langkah-langkah rekruitmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai berikut:
a.       Pembentukan panitia penerimaan siswa baru
b.      Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.
3.      Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
a.       Melalui tes atau ujian
b.      Melalui penelusuran bakat kemampuan
c.       Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN
4.      Orientasi
Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain:
a.       Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah
b.      Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah
c.       Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
5.      Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas)
Sebelum peserta didik yang telah diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada sistem kelas.

6.      Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik
Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang.

7.      Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan bimbingan yang optimal pada peserta didik.
Kelulusan dan Alumni
Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pertanyaan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik. Ketika peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan antara para alumni dan sekolah telah terjalin. Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni yang biasa disebut “reuni”.

E.     FAKTOR PENDUKUNG/ LAYANAN MANAJEMEN KESISWAAN
1.      Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Hendyat Soetopo bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
2.      Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
3.      Layanan Kantin/Kafetaria
Kantin/ warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan keluar lingkungan sekolah.
4.      Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.
5.      Layanan Transportasi Sekolah
Sarana angkutan (transportasi) bagi para peserta didik merupakan salah satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Transportasi diperlukan terutama bagi para peserta didik ditingkat prasekolah dan pendidikan dasar.

6.      Layanan Asrama
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut.

F.     PRINSIF- PRINSIF MANAJEMEN KESISWAAN
Dalam kinerja administrasi dan manajemen kesiswaan, Kesiswaan (peserta didik)(siswa) didudukkan sebagai aspek paling utama. Kebijakan-kebijakan yang akan diambil dan diterapkan oleh administrator sekolah harus mempertimbangkan kondisi siswa secara keseluruhan. Oleh karena itu ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan oleh adminijstraor sekolah dalam menetapkan dan menjalankan manajemen kesiswaan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah:
1.      Siswa harus dipandang sebagai subyek belajar bukan sebagai obyek. Dengan pandangan seperti ini, maka siswa harus dijadikan pertimbangan pertama dan utama dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka. Pengalaman siswa di luar kelas akan mempengaruhi pola tingkah lakunya dalam sebuah lembaga pendidikan. Kebiasan ini akan membawa siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan mereka yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman tersebut.
Apa yang diutarakan Barbara tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di lembaga pendidikan di Indonesia. Pada kenyataan kegiatan siswa di luar jam pelajaran lebih banyak dibandingkan dengan kegiatran mereka dalam jam pelajaran. Lingkungan keluarga dan masyarakat akan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian mereka. Oleh karena itu administrator pendidikan dituntut untuk mengadakan pembinaan terhadap kegiatan mereka di luar jam sekolah agar aktrivitas-aktivitas tersebut sinergi dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi kontribusi bagi keberhasilan pendidikan mereka.
2.      Kondisi siswa sangat beragam. Keberagaman kondisi tersebut tampak dalam beberapa hal seperti kondisi fisik, kemampuan intelektual, kemampuan berinteraksi sosial, kemampuan ekonomi keluarga, kecendrungan minat, bakat dasar dan suku bangsa serta agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa anak akan cendrung berkelompok dan melakukan kegiatan bersama dengan anak lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya, baik kesamaan fisik, mintal, minat dan kesenagan.
Suharsimi mengidentifikasi perbedaan yang ada pada Kesiswaan (peserta didik)ke dalam beberapa kelompok berdasarkan aspek yang mempengaruinya. Aspek-aspek tersebut adalah:
a.       Perbedaan aspek biologis. Dalam aspek ini Kesiswaan (peserta didik)dibedakan berdasarkan kondisi fisik seperti besar dan kecil, tinggi dan pendek, warna kulit, rentan tubuh (daya tahan), perkembangan motorik, dan sebagainya. Perbedaan aspek biologis juga menyangkut kesehatan mata dan telingan, kondisi tangan dan kaki siswa yang semuanya berhubungan langsung dengan penerimaan materi pelajaran.
Dengan memperhatikan perbedaan aspek biologis tersebut, menurut peneliti administrator pendidikan harus melakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam melakukan beberapa hal seperti :
1.      waktu pendirian gedung sekolah yang meliputi letak geografis, desain bangunan, dan denah ruang serta bentuk mobiler kelas.
2.      waktu mengatur jadwal kegiatan yang memperhatikan siswa yang tidak tahan lapar, mudah mengantuk, banyak gerak dan semacamnya.
3.      pada waktu mengatur tempat duduk siswa yang mempertimbangkan tinggi pendeknya tubuh siswa, sehingga yang pendek disuruh duduk di depan dan yang tuinggi di belakang, dan semacamnya.
4.      pada waktu mengatur pngelompokan siswa yang memperhatikan kekuatan fisik dan kecepatan bergerak dalam contoh kasus pengelompokan untuk pelajaran kesehatan dan keterampilan psikomotorik.
b.      Perbedaan aspek intelektual. Perbedaan pada aspek ini meliputi kemampuan untuk bekerja dengan bilangan, menggunakan bahasa dengan baik, menangkap sesuatu yang baru, mengingat symbol dan lambing pelajaran, memahami hubungan, dan kemampuan untuk befantasi.
Berdasarkan perbedaan yang ada dalam aspek intelektual, administrator sekolah harus melakukan pertimmbangan tertentu diantaranya :
1.      Memilih guru pelajaran yang sesuai dengan kondisi tertentu peserta didik.
2.      Merancang kegiatan ekstra kurekuler
3.      Merancang kegiatan belajar di luar jam pelajaran resmi, dan
4.      Menentukan guru pembina organisasi kegiatan siswa.
c.       Perbedaan aspek psikologis. Perbedaan dalam aspek ini meliputi perbedaan minat, perhatian atau ketertarikan siswa, dan kemandirian siswa
Perbedaan aspek psikologis tersebut menuntut administrator pendidikan adalah :
1.      memilih bahan pelajaran yang menarik,
2.      memilih alat peraga pelajaran yang menarik,
3.      memilih keadaan atau situasi yang menarik,
4.      dan menentukan guru pengajar yang menarik bagi siswa,
5.      melatih siswa untuk mandiri dalam mengatur hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan mereka seperti kebersihan kelas, kerapian, keamanan, dan keindahan lingkungan.
Dengan memperhatikan beberapa perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu siswa tersebut, maka administrator pendidikan harus menyediakan wahana yang beragam, sehingga setiap individu dapat berkembang dengan optimal sesuai dengan potensi dirinya.

3.      Siswa akan termotivasi belajar apabila mereka menyenangi apa yang dipelajari. Kondisi semacam ini mewajibkan administrator sekolah (dalam hal ini adalah guru pengajar) untuk memilih metode pembelajaran yang tepat agar disukai oleh siswa, sehingga pelajaran apapun yang diberikan akan mudah diterima dengan senang hati.
4.      Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.
Interaksi yang dilakukan oleh Kesiswaan (peserta didik)dengan lingkungannya, lebih menggunakan kemampuan afeksi dan psikomotorik dibandingkan dengan kemampuan kognisinya. Dengan mempertimbangkan hal ini maka administrator sekolah dituntut untuk memeperhatikan pengembangan kedua ranah tersebut sebagai bekal bagi kehidupan mereka ditengah masyarakat.


BAB III
KESIMPULAN

Manajemen Peserta Didik atau Pupil Personnel Administration adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individuan seperti penggembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sedangkan fungsinya adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangakan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Adapun prinsip-prinsip Manajemen Peserta Didik antara lain adalah penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan. Manajemen Peserta Didik harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan. Segala bentuk kegiatan haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik, diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan dan punya banyak perbedaan, sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik, mendorong dan memacu kemandirian peserta didik, fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar